Tumbuhan langka seperti halnya anggrek dan gaharu menjadi sumber pendapatan tambahan sejumlah keluarga di Desa Baay Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur, untuk itulah warga yang terdiri atas suku Basap berupaya melestrarikannya. Saudara kita Firmansyah warga Desa Baay turun temurun peduli terhadap tanaman langka yang ada didesanya. Bahkan ia sendidiri bersama lima anggota keluarga setiap hari sibuk mengurusi tanaman anggrek dan gaharu dilokasi persemaian seluas seratus meter persegi. Perhatian keluarga Firmansyah terhadap tumbuhan langka seperti tanaman anggrek dan tanaman gaharu merupakan berkah hidup hingga dikembangkan diareal yang sama sejak beberapa tahun yang silam. Saudara Firmansyah berpendapat, memelihara tanaman langka merupakan perbuatan mulia untuk menjaga kelestarian lingkungan. Ia melakukan penghijauan melalui budidaya anggrek (Plantation Orchid) dan gaharu. Anggrek dan gaharu memiliki nilai ekonomis tinggi, selain itu kami sekeluarga berusaha untuk menyelamatkan tumbuhan langka dari kepunahan, menurut pendapatnya saat dirumahnya Jl. APT Pranoto Sangata Kab.Kutim. Disebutkan pula tanaman gaharu yang sedang dikembangkan dan dipelihara dikebun miliknya telah berumur antara 3 tahun hingga 8 tahun. Puluhan tanaman gaharu tersebut dipelihara untuk dikembangkan menjadi tanaman yang bermanfaat yang bernilai ekonomis tinggi. Satu pohon bibit gaharu umur setahun kami jual di tempat seharga 15 ribu rupiah. Kalau batang pohon tersebut sudah berisi sudah termasuk super maka harganya lebih mahal lagi. Harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah per kilogram. Firmansyah tersebut mengungkapkan ketika orangtuanya masih hidup, ia suka mencari pohon gaharu dihutan Begitu ia dapat kayu gaharu maka kadang pembeli datang sendiri membeli ditempat tinggalnya didesa Baay Kecamatan Karangan Kab. Kutai Timur. Tetapi terkadang orang tua saya pergi menjual kayu gaharu ke kota Samarinda., demikian ujarnya. Kebiasaan suku Dayak Basap untuk tetap mencintai tanaman langka sudah menjadi tradisi, karena menjadi bagian dari sumber mata pencaharian. Apalagi suasana lingkungan pedesaan masih sangat mendukung tumbuhan tanaman yang jarang ditemukan itu. "Saya dilahirkan dikampung, besar dihutan. Lagi pula sekolah saya tidak tinggi-tinggi. Namun demikian kami berupaya mengantisipasi bagaimana caranya agar tanaman langka yang ada tidak punah," ujarnya. Meskipun pemeliharaan tanaman anggrek dan gaharu yang dilakukan keluarga Firmansyah masih tergolong tradisinil (Tradicionil Handling), namun hal tersebut sangat positip. Petani anggrek plasma ini juga mengaku ia telah berhasil mengembangkan tanaman anggrek 1000 pohon (onehundret tree) yang terdiri dari 20 jenis tanaman khas langka. Seperti dikutip pada situs http://www.kaltimpos.web.id/ jenis tanaman anggrek yang sudah berhasil dilestarikan berupa anggrek hitam, anggrek bulan, anggrek tebu, anggrek merpati, anggrek panda, anggrek airmata ibu, anggrek pandaderi, anggrek kantongsemar, anggrek pintar, anggrek palule, anggrek arem, anggrek bunia, anggrek wani, anggrek lida, anggrek lipah, anggrek lemiding, anggrek jinri, anggrek buanjinri, dan anggrek upedium benteng ratu. "Jenis anggrek upedium benteng ratu tersebut, sangat bagus dan langka serta baru ditemukan di daerah Karangan, "paparnya. Kendati Firmansyah giat mengembangkan tumbuhan langka itu, namun ia tetap berharap agar mendapat bantuan teknis pembiayaan dari instansi terkait. Padahal pada tahun 2000 yang lau telah diberi bantuan oleh Dewan Kehutanan dan Kelautan, tapi itu sudah lama sekali tidak ada bantuan lagi, demikian diutarakannya kepada pengunjung kebunnya. Demikian sedikit paparan yang menggambarkan suatu daerah yang masih peduli terhadap tanaman langka agar tidak punah begitu saja (MD-Agustus 2008).
http://wahanatepian.blogspot.com/2008/08/upaya-pelestarian-tumbuhan-langka_8098.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar